Soichiro Honda, saat berusia 3 tahun merasa terkesan dengan suara mesin pengupas gandum di peternakan. “Ini adalah musik pertama saya,” kata Honda. Dari beranda rumah kayunya, Honda melihat gumpalan asap berwarna biru yang dihasilkan mesin pengupas gandum yang akhirnya menjadi kebiasaan Honda untuk menyaksikan gumpalan asap biru.
Honda gemar dengan bau bensin, suara ribut seperti petasan, asap yang tersembur keluar serta duduk berjam-jam untuk menyaksikannya.
Honda tergolong sebagai murid yang bodoh di sekolahnya. Ia selalu duduk di tempat yang jauh dari penglihatan gurunya. Dengan begitu, ia dapat bermimpi tentang penemuannya. Honda berkata, “ Saya mendapatkan nilai yang jelek di sekolah. Tapi itu tidak membuat saya sedih. Dunia saya berputar di sekitar mesin, motor dan sepeda.”
Honda memiliki fisik tubuh yang lemah. Di sekolah, ia berhasil berpura-pura sakit untuk menghindari pelajaran olah raga. Ia selalu menduduki urutan terakhir dalam pelajaran olah raga. Hal ini membuat dirinya sering menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya.
Ketika kuliah, Honda menjual seluruh barang yang ia miliki dan menginvestasikannya ke bengkelnya, Tokai Seiki. Dari bengkelnya, Honda memproduksi cincin piston. Untuk mempertahankan bengkelnya, Honda harus menggadaikan perhiasan istrinya.
Setelah 2 tahun menekuni cincin piston, Honda akhirnya mendapat kontrak dari Toyota………dan untuk kelanjutan ceritanya akan disambung dalam waktu dekat ya….:-)
yah bersambung.
yeadhi
He he he, iya deh ntar lagi disambung ceritanya…sabar ya…
Jeng / Nya….
lanjutannya kok belum ada toh…sibuk yah ?
Dilanjutin lagi ya…tapi langsung sampe selesai gitu !
Ho-oh Nya….maklum deh…Insya Allah deh ntar dilanjutin…makasih ya disempetin baca ceritanya…semoga bermanfaat…